Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Evaporasi
PENGAMATAN
EVAPORASI DI DAERAH LAHAN PERTANIAN KAMPUS MENDALO
LAPORAN
PRAKTIKUM
Sebagai
Salah Satu Syarat Lulus dalam Mata Kuliah Agroklimatologi
JEKSON
BANJARNAHOR
D1B016002
Dosen
Pengampu:
Dr.
Ir. Aryunis, M.P.
Ir.
Hanibal, M.P.
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
JAMBI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas kebaikan-Nya yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tentang Pengamatan Evaporasi di
Daerah Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
Saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terimakasih pula saya sampaikan kepada teman-teman mahasiswa sebagai praktikan
maupun kepada dosen pembimbing mata kuliah agroklimatologi yang telah
meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga setiap praktikum dapat
terlaksana dengan baik.
Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari bahwa laporan
ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima segala saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk
percobaan selanjutnya.
Jambi,
10 Desember 2017
Penyusun,
Jekson
Banjarnahor
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2
Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................ 4
2.1
Evaporasi ..................................................................................... 4
2.2
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi ........................... 5
2.3
Hubungan Evaporasi dan Tanaman ............................................ 6
2.4
Jenis-jenis Evaporasi ................................................................... 7
BAB III METODOLOGI
....................................................................... 9
3.1
Waktu dan Tempat ...................................................................... 9
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................ 9
3.3
Cara Kerja ................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ................................................ 11
4.1
Hasil ............................................................................................ 11
4.2
Pembahasan ................................................................................. 12
BAB V PENUTUP ................................................................................... 14
5.1
Kesimpulan ................................................................................. 14
5.2
Saran ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15
DAFTAR
TABEL
Tabel
4.1 Data Hasil Pengamatan Evaporasi ............................................ 66
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
3.1. Gelas ukur ............................................................................. 13
Gambar
3.2. Alat penampung curah hujan ................................................ 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Semua energi di alam raya termasuk
yang digunakan dalam prose genesis dan diferensiasi tanah bersumber dari energi
panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada
kondisi bumi atau cuaca. Cuacalah
yang bertanggung jawab dalam mengubah
energi matahari menjadi
energi mekanik atau panas,
yang memicu prosse
penguapan air melalui
mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non-tanaman
(evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling berperan adalah curah
hujan dan temperatur (Hanafiah, 2005).
Hujan
merupakan komponen masukan yang paling penting
dalam proses hidrologi, karena jumlah
kedalaman hujan (rainfall depth)
ini yang dialihragamkan menjadi
aliran di sungai,
baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow,
sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow) (Harto, 1993).
Untuk daerah
tropika seperti Indonesia
dengan presipitasi umumnya ditafsirkan curah hujan. Adapun yang
disebut curah hujan bulanan rata-rata adalah
rata-rata
jumlah hujan yang
tercatat selama panjang
bukan yang bersangkutan
(Daldjoeni, 1986).
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) didefinisikan
sebagai banyaknya air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan
satuan waktu, yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan (transpirasi) dan
dievaporasikan dari permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah
transporasi.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh
kadar kelembaban tanah, suhu udara, cahaya matahari, dan angin.
Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara, yaitu (1) menghitung jumlah air
yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu, (2) menggunakan
factor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, (3) menggunakan
Iysimeter (Hasan Basri Jumin, 2002).
Perkiraan
evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian
hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari
air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan
tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan
memberikan hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim, 2009).
Sistem produksi
pertanian sangat dipengaruhi
oleh iklim. Faktor
iklim yang paling
terasa perubahannya akibat
anomali iklim adalah
curah hujan. Di Indonesia
kejadian anomali iklim
mempengaruhi produksi pertanian
dan ketahanan pangan. Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya
gangguan secara langsung terhadap sistem pertanian (Hanum, 2013).
Hal ini menjadi salah satu dasar
dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan
pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengelola kegiatan on farm. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukanlah praktikum
pengamatan evaporasi sebagai pengetahuan mengenai cara dan teknis pengamatan.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Mempelajari alat pengukur evaporasi.
2.
Mengoperasikan alat ukur evaporasi dan
cara pencatatannya.
3.
Memperoleh data evaporasi daerah sekitar
percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaporasi
Evaporasi
adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari
permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999). Sedangkan
Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi uap,
ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik
secara internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada
permukaan yang basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang
merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam
pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari
permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari
pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai
yang mengalir (Wilson, 1993).
Penguapan
adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua
macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan,
danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut
evapotranspirasi (Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan
cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang mempunyai suhu
tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah subtropik biasanya
merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari)
tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin
yang kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan
hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada dasarnya ditentukan
oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan pada daun/permukaan
tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien tekanan-uap terhubung
dengan sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman dan Brady, 1982).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Evaporasi
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
evatransporasi :
1. Radiasi
matahari
Dari
radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan
75- 85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
2. Temperatur
Peningkatan
temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti
tuntutan atmosfer yang lebih besar.
3. Kelembaban
relative
Makin
besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti tuntutan
atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif.
4. Angin
Transpirasi
terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin)
menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan
tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun
juga meningkat (Gardner, et.al., 1991 )
2.3 Hubungan Evaporasi dan Tanaman
Pengukuran
penguapan dari permukaan air bebas dan permukaan tanah serta transpirasi dari
tumbuh-tumbuhan adalah sangat penting dalam pertanian. Hidrometeorologi, dan
dalam pendesainan dan pengoprasian waduk dan sistem irigasi terutama di daerah
gersang. Di
dalam praktek
adalah sulit untuk memisahkan atau membedakan air yang dihasilkan penguapan
dari tanah dan tubuh air dan yang di transpirasikan dari tumbuh-tumbuhan. Oleh
karena itu kedua proses tadi biasa dicakup dengan menggunakan istilah
evapotranspirasi.
Laju
evapotranspirasi ini dinyatakan dengan banyaknya uap air yang hilang oleh
proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satuan waktu.
Ini dapat pula dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang oleh proses
evapotranspirasi dari daerah hasil tadi dalam satuan waktu yang setara dengan
tinggi atau tebal air cair yang hilang tiap satuan waktu dari daerah yang
ditinjau. Satu satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari dan
satuan tebal dengan satuan milimeter atau sentimeter.
Tanaman
memperoleh energi, dan sebenarnya semua bahan penyusunnya diperoleh melalui
proses fotosintesis. Dengan beberapa pengecualian, tumbuh-tumbuhan darat
mempunyai organ-organ fotosintesisnya, yang dianggap hanya berupa daun-daun
terbuka terhadap udara, yang sering sekali mempunyai kemampuan tinggi untuk
mengeluarkan air dan dari mana harus diambil karbon dioksida. Daun seringkali
juga terbuka terhadap tingkat penyinaran yang tinggi, yang melalui peningkatan
suhu daun meningkatkan laju potensil kehilangan air. Jaringan fotosintetik,
yaitu mesofil terlindung dari lingkungan yang mengeringkan. Oleh kutikula yang
hidrofobik yang menutupi epidermis. Stomata, yang terletak dalam epidermis, memungkinkan
terjadinya pertukaran gas antara mesofil dan udara luar. Ruang-ruang udara
mesofil yang luas memungkinkan gas-gas tertukar secara mudah, dan karbon
dioksida terlarut dalam air dalam dinding sel yang dekat dengan tempat
fotosintesis. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap air suatu daun menguap
dari permukaan dinding epidermis. Walaupun demikian evaporasi tiap satuan luas
permukaan dinding sel yang basah yang tidak konstan menurut ruang, laju
setempatnya terutama dikendalikan oleh tiga faktor, salah satunya adalah
kedekatan letak daerah evaporasi terhadap pori stomata, yang ditentukan oleh
susunan daun.
Pengaruh
evaporasi tempat lain adalah suhu dan perbedaan potensial didalam daun, karena
tempat-tempat dengan evaporasi tinggi biasanya mempunyai potensial air menurun,
maka evaporasi dari (terutama dinding-dinding selbagian dalam) epidermis
mempunyai pengaruh besar terhadap pembukaan stomata.
2.4 Jenis-jenis Evaporasi
1. Evaporasi potensial (ETp)
Menggambarkan
laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan yang sangat ditentukan oleh
kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman pendek yang rapat dengan
penyediaan air yang cukup dan ditentukan oleh parameter-parameter iklim.
2. Evaporasi standar (ETo)
Evaporasi
standar adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat diperoleh dari
lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam pada lahan
subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm.
3. Evapotranspirasi tanaman (ETc)
Pada
kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat
berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air tanah
optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan suatu iklm tertentu. Nilai
ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan tanaman.
4. Evaporasi aktual (ETa)
Menggambarkan
laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam pada kondisi aktual iklim,
tanaman dan lingkungan tumbuh serta pengelolaan.
BAB
III
METODOLOGI
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 16 November 2017 – 4 Desember 2017 bertempat di Sangkar Cuaca Lahan
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
1.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu panci klas A sebagai tempat penampungan air berbentuk sebuah kancah
yang berukuran garis tengah 120,7 cm dan tinggi bibir panci 25,4 cm. Alat ini
terbuat dari stainless. Selain itu,
mistar digunakan untuk mengukur tinggi muka air yang ada di dalam panci.
Gambar
3.1. Panci klas A evaporator
1.3
Cara
Kerja
Pengamatan dilakukan setiap pagi
hari. Ukur selisih muka air yang ditunjukkan dengan muka air awal, itulah nilai
evaporasi.
Cara penghitungan evaporasi, yaitu :
E0 = (P0 – P1)
Dimana, P0 = pembacaan awal
P1 = pembacaan akhir setelah
terjadi evaporasi
E0 = jumlah air yang
dievaporasikan
Gambar 3.2.
Pengukuran tinggi muka air
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 4.1. Data
Hasil Pengamatan Evaporasi
Tanggal
|
Tinggi
muka air (cm)
|
Evaporasi
(mm)
|
keterangan
|
|
Pagi
(07.00)
|
Sore
(17.00)
|
|||
16/11/2017
|
16,9 cm
|
16,8 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
17/11/2017
|
17,6 cm
|
17,2 cm
|
4 mm
|
cerah
|
18/11/2017
|
17 cm
|
16,8 cm
|
2 mm
|
Cerah berawan
|
19/11/2017
|
24,3 cm
|
24,2 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
20/11/2017
|
25,5 cm
|
25,3 cm
|
2 mm
|
Cerah berawan
|
21/11/2017
|
25,1 cm
|
25 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
22/11/2017
|
24,4 cm
|
24,1 cm
|
3 mm
|
Cerah
|
23/11/2017
|
16,9 cm
|
16,8 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
24/11/2017
|
17,4 cm
|
17,2 cm
|
2 mm
|
Cerah berawan
|
25/11/2017
|
17,5 cm
|
17 cm
|
5 mm
|
Cerah
|
26/11/2017
|
17,2 cm
|
16,8 cm
|
4 mm
|
Cerah
|
27/11/2017
|
17 cm
|
16,7 cm
|
3 mm
|
Cerah
|
28/11/2017
|
16,7 cm
|
16,5 cm
|
2 mm
|
Cerah berawan
|
29/11/2017
|
22,3 cm
|
21,8 cm
|
5 mm
|
Cerah
|
30/11/2017
|
18 cm
|
18,2 cm
|
2 mm
|
Cerah berawan
|
01/12/2017
|
24,4 cm
|
24,1 cm
|
3 mm
|
Cerah
|
02/12/2017
|
23,7cm
|
23,4 cm
|
3 mm
|
Cerah
|
03/12/2017
|
22,6 cm
|
22,5 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
04/12/2017
|
17,7 cm
|
17,6 cm
|
1 mm
|
Berawan
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil pengamatan terlihat bahwa nilai evaporasi terbesar terjadi pada tanggal
25 dan 29 November yaitu sebesar 5 mm. hal ini didukung dengan keadaan cuaca
pada saat itu yaitu cerah. Radiasi matahari sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai evaporasi mendukung besarnya evaporasi pada saat itu. Hal
ini membenarkan pendapat Gardner dkk, (1991) yang menyebutkan bahwa salah satu
faktor yang menentukan evaporasi adalah radiasi matahari.
Evaporasi terendah terjadi cukup
sering yang berarti bahwa di daerah tersebut intensitas radiasi matahari rata
tidak terlalu tinggi setiap harinya. Nilai evaporasi terendah ini terjadi
sebanyak 6 hari dari 19 hari pengamatan.
Evaporasi
secara umum dapat didefinisikan dalam sua kondisi, yaitu : (1) evaporasi yang
berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi yang
dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas steam)
dalam suatu peralatan. Evaporasi dapt diartikan sebagai proses penguapan dari
liquid (cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi didasarkan pada proses
pendidihan secara intensif yaitu; pemberian panas kedalam cairan, pembentukan
gelembung-gelembung akibat uap, pemisahan uap dari cairan, dan
mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapatdidefinisikan
sebagai perpindahan kalor ke dalam zai cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Penguapan
atau evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam keadaan cair (contohnya
air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah
kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya
cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan.
Rata-rata
molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak,
cairan akan berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling
bertumbukkan, mereka saling tukar energi dalam berbagai derajat, tergantung
bagaimana mereka bertumbukkan. Terkadang transfer energi ini begitu berat
sebelah, sehingga salah satu moleul mendapatkan energy yang cukup buat menembus
titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan, molekul
tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan terhadap evaporasi ini maka diperoleh kesimpulan
berikut :
1.
Evaporasi
yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan rawa-rawa
yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi, merupakan
peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi.
2.
Evapotranspirasi
tergantung pada jenis vegetasi alam, terutama kapasitasnya untuk memancarkan
radiasi, ditentukan oleh keadaan tanah dan penurunan konsentrasi uap.
3.
Faktor
yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya, temperatur, angin,
kualitas air , tekanan udara.
4.
Semakin
tinggi radiasi matahari yang diterima, semakin besar evapotranspirasinya.
5.
Semakin
tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya.
5.2 Saran
Diperlukan ketelitian dalam
melakukan pengamatan terhadap tinggi muka air dalam panci. Pemahaman dalam
melakukan pengamatan juga menjadi penentu keakuratan data yang diperoleh. Baik
tidaknya kondisi peralatan yang digunakan sangat menentukan keberhasilan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Penuntun Praktikum agroklimat. Fakultas Pertanian:Laboratorium
Agroklimat Universitas Bengkulu.
Buckman Brady. 1982. Dasar
Klimatologi. Erlangga. Jakarta.
Daldjoeni, N. 1986. Pokok-Pokok Klimatologi. Penerbit
Alumni. Bandung.
Gardner,
F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Budidaya, Universitas Indonesia Press : Jakarta
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Hanum, C. 2013. Klimatologi
Pertanian. USU Press. Medan
Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian.
Bumi Penerbit. Surabaya.
Jumin,
Hasan Basri, 2002, Dasar-Dasar Agronomi, Jakarta: PT. Rajagrafindo.
Sosrodarsono.1999. Ilmu Usaha Tani. LSM
Pertanian. Purwokerto.
Wuryanto. 2000. Agroklimatologi. USU
Press. Medan
Wilson, E.M.
1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.
Post a Comment for "Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Evaporasi"