Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kecepatan Angin
PENGAMATAN KECEPATAN ANGIN DI STASIUN CUACA LAHAN PERCOBAAN PERTANIAN KAMPUS MENDALO
LAPORAN
PRAKTIKUM
Sebagai
Salah Satu Syarat Lulus dalam Mata Kuliah Agroklimatologi
JEKSON
BANJARNAHOR
D1B016002
Dosen
Pengampu:
Dr.
Ir. Aryunis, M.P.
Ir.
Hanibal, M.P.
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
JAMBI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikannya yang telah
melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini tentang Pengamatan Kecepatan Angin di Daerah Lahan Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
Saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terimakasih pula saya sampaikan kepada teman-teman mahasiswa sebagai praktikan
maupun kepada dosen pembimbing mata kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan
waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga setiap praktikum dapat terlaksana
dengan baik.
Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari bahwa laporan
ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima segala saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk
percobaan selanjutnya.
Jambi,
10 Desember 2017
Penyusun,
Jekson
Banjarnahor
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2
Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................ 3
2.1
Angin ........................................................................................... 3
2.2
Arah Angin .................................................................................. 5
2.3
Kecepatan Angin ......................................................................... 7
2.4
Karakteristik Angin ..................................................................... 7
2.5
Proses Terjadinya Angin ............................................................. 8
2.6
Pengaruh Angin Terhadap Tanaman ........................................... 9
BAB III METODOLOGI
....................................................................... 12
3.1
Waktu dan Tempat ...................................................................... 12
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................ 12
3.3
Cara Kerja ................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ................................................ 14
4.1
Hasil ............................................................................................ 14
4.2
Pembahasan ................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ................................................................................... 17
5.1
Kesimpulan ................................................................................. 17
5.2
Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19
DAFTAR
TABEL
Tabel
4.1 Data Hasil Pengamatan Kecepatan Angin ................................ 14
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 3.1. Anemometer ............................................................................... 12
Gambar 3.2. Pengukuran Kecepatan Angin .................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Iklim merupakan komponen ekosistem
dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan.Dalam praktek,
iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi
pertanian. Karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka, pendekatan
terhadap cuaca/iklim agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian ,
diperlukan suatu pemahaman yang lebih akurat teradap karakteristik iklim
melalui analisis dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan
interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan,
juga sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu data.
Demikian juga, pertumbuhan dan
produksi tanaman merupakan manivestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi
selama fase atau periode pertumbuhan tertentu. oleh sebab itu dalam pengertian
yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama
pertumbuhan tanaman.
Resiko
pertanian akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak kekeringan,
kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “frost”, angin, kelembaban
tinggi dan lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim tersebut, selain
menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga
ketidakstabilan produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko
pertanian antara lain, fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan
peramalan iklim, perencanaan usahatani dan pemilihan komoditas/varietas yang
kurang sesuai dengan kondisi iklim.
Iklim merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan san produktivitas tanaman.
Berdasarkan gambaran iklim akan dapat diidentifikasikan tipe vegetasi yang
tumbuh dilokasi tersebut. Pada kondisi tertentu pengaruh iklim
terhadap vegetasi yang tumbuh di suatu tempat jauh lebih kuat dibandingkan
dengan pengaruh tanah. Untuk mengetahui apakah tanaman atau mahluk hidup
lainnya dapat hidup sesuai pada iklim tertentu, diperlukan informasi iklim yang
lebih rinci dari beberapa dekade dengan nilai rata- rata bulanan dengan pola
sebarannya sepanjang tahun, sedangkan untuk menduga keragaman
tanaman diperlukan informasi cuaca harian (Setiawan, 2009).
Hal ini menjadi salah satu dasar
dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan
pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengelola kegiatan on farm.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukanlah praktikum pengamatan
kecepatan angin sebagai pengetahuan mengenai cara dan teknis pengamatan.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Mempelajari alat pengukur kecepatan angin.
2.
Mengoperasikan alat ukur kecepatan angin dan
cara pencatatannya.
3.
Memperoleh data kecepatan angin daerah
sekitar percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angin
Hukum gerak
menyatakan bahwa sebuah benda yang dalam keadaan diam akan bergerak akan tetap
bertahan pada keadaannya. Kecuali ada gaya dari luar yang bekerja terhadap
benda tersebut, Oleh karena itunya udara yang tenang akan kembali menjadi
(angin) bila ada gaya yang bekerja diatmosfer yang menyebabkan terjadinya
keadaan tidak seimbang (Handoko, 1999).
Massa udara yang bergerak disebut
angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara vertikal dengan
kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong
bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat
dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara
tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang
mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan
tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya,
akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh
perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis
(Lakitan,2002).
Variasi
arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaan
yang licin (smooth), Variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan disebut
turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada
permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari
lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan
atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi
konfektif. Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih
kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan
fluktuasi akibat turbulensi termal (Karim, 1985).
Angin adalah udara yang bergerak
dari satu tempat ketempat lainnya. Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian
bumi mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan tempat lain.
Permukaan tanah yang panas mambuat suhu udara diatasnya naik. Akibatnya udara
yang naik mengembang dan menjadi lebih ringan. Karena lebih ringan dibandingkan
udara sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya akan
segera digantikan oleh udara sekitar terutama udara dari atas yang lebih dingin
dan berat. Proses ini terjadi terus-menerus, akibatnya kita bisa merasakan
adanya pergerakan udara atau yang disebut angin (Nasir, 1990).
Angin yang tidak menguntungkan bagi
pertanian adalah angin fohn, karena dapat melayukan tanaman. Angin
fohn terjadi karena udara yang mengandung uap air membentur pengunungan atau
gunung yang tinggi, sehingga naik. Makin ke atas, suhu makin dingin dan
terjadilah kondensasi yang selanjutnya terbentuk titik-titik air. Titik-titik
air itu kemudian jatuh sebagai hujan sebelum mencapai puncak pada lereng
pertama. Angin terus bergerak menuju puncak, kemudian jatuh pada lereng
berikutnya sampai kelembah. Karena sudah menjatuhkan hujan maka angin yang
menuruni lereng ini bersifat kering. Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng,
angin menjadi pasang sehingga angin fohn memiliki sifat menurun, kering, dan
panas (Wahyuningsih, 2004).
2.2 Arah Angin
Angin merupakan suatu vektor yang
mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatannya sedang
arahnya adalah darimana datangnya angin. Kecepatan angin dapat dihitung dari
jelajah angin (cup counter anemometer) dibagi waktu (lamanya periode
pengukuran). Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup‑counter
anemometer dalam keadaan bergerak. (Anonim, 2010).
Arah angin biasa dinyatakan dengan
arah dari mana angin tersebut datang, sedangkan kecepatan angin biasanya
dinyatakan dalam satuan meter/detik, km/jam dan mil/jam. Alat yang digunakan
untuk mengukur kecepatan angin disebut Anemometer. Ada beberapa jenis
anemometer : Anemometer mangkuk (cup anemometer), anemometer
baling-baling (propeler anemometer) anemometer arus konstan (constan
current anemometer). Namun yang umum digunakan adalah anemometer mangkuk.
Kecepatan angin di alam biasanya dapat dikenali dengan tanda-tanda yang
diakibatkan oleh tiupan angin tersebut (Soemeinaboedhy, 2006).
Faktor pendorong utama angin
adalah gaya gradient tekanan. Gradien tekanan adalah perbedaan
tekanan per satuan jarak dengan arah horizontal dan tegak lurus isobar. Makin
besar gradient tekanan maka kecepatan angin makin besar. Untuk gradient yang
sama, kecepatan angin ditentukan juga oleh letak geografis, ketinggiaan tempat
dan waktu. Angin selalu bergerak karena perbedaan tekanan udara dan selalu dari
tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Perbedaan tekanan ini disebabkan
karena perbedaan suhu, perbedaan suhu ini antara lain adalah disebabkan karena
perbedaan penerimaan radiasi. Disamping itu ada gaya sekunder yang mempengaruhi
angin yaitu : Gaya Cariolis, gaya sentrifugal dan gaya gesekan (Bayong, 2005).
Anemometer dipasang di tempat/area
yang terbuka yang jauh dari bangunan dan benda-benda lain yang dapat
mempengaruhi kecepatan angin, baling-baling anemometer ini selalu mengahadap
arah datangnya angin. Dapat diketahui pada alat pengukur kecepatan dan arah
angin (anemometer) mempunyai bagian-bagian yang saling terkait antara satu dan
lainnya sehingga bisa mengukur kecepatan dan arah angin. Bagian-bagian tersebut
diantaranya yaitu bagian yang berfungsi mengukur arah angin, bagian yang
berfungsi mengukur kecepatan angin dan bagian perekam yang dihubungkan ke
komputer. Bagian yang berfungsi mengukur arah angin terdiri dari sensor
vertikal dan bagian yang terkena angin. Sedangkan bagian yang berfungsi
mengukur kecepatan angin terdiri dari baling-baling berbentuk Bangkok dan
sensor vertikal. Sensor vertikal berfungsi memberi sensor atau data ke bagian
perekam.
Mekanisme untuk bagian yang
berfungsi mengukur arah angin yaitu, saat bagian yang terkena angin berputar
karena angin, maka sensor vertikal akan meneruskan sensor yang diterimanya
tersebut ke bagian perekam, kemudian bagian perekam akan menerjemahkan sensor
tersebut menjadi data arah angin yang selanjutnya akan ditampilkan pada
monitor. komputer. Sedangkan mekanisme untuk bagian yang berfungsi mengukur
kecepatan angin, pada dasarnya sama dengan mekanisme pada bagian yang berfungsi
mengukur arah angin. Pada saat baling-baling berputar karena tiupan angin maka
sensor vertikal akan meneruskan sensor yang diterimanya tersebut ke bagian
perekam, kemudian bagian perekam akan menerjemahkan sensor tersebut menjadi
data kecepatan angin yang selanjutnya akan ditampilkan pada monitor komputer.
2.3 Kecepatan Angin
Kecepatan angin
adalah jarak yang ditempuh oleh angin dalam per satuan waktu. Kecepatan angin
dinyatakan dalam knot/ jam,km/jam dan m/dtk. Kecepatan angin dalam klimatologi
adalah kecepatan angin horizontal pada ketingian dua meter dari permukaan tanah
yang ditanami dengan rumput. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh
perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor
pendorong ) dan resistensi medan yang dilaluinya. Sedangkan untuk menentukan
arah angin digunakan bendera angin yang satuannya diukur dalam derajat ( skala
00 - 3600 ).
2.4 Karakteristik Angin
Angin memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a.
Angin
merupakan gerakan gerakan udara akibat pemanasan matahari yang tidak merata pada
permukaan bumi.
- Gaya-gaya
mengendalikan angin terdiri dari gaya gravitasi bumi, gaya gradien tekanan
udara, gaya Coriolis dan gaya gesekan permukaan.
- Peredaran
angin dapat dibagi menjaxdi :
1.
Angin
lokal; misalnya: angin darat dan angin laut, angin lembah dan angin gunung dan
angin turun kering.
2.
Angin
musim (di Indonesia); misalnya: angin musim timur dan angin musim barat.
3.
Angin
global; misalnya: angin geostropik dan angin gradient
2.5 Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau
wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di
terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi
panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan
tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi perbedaan suhu
dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan terjadi
aliran udara pada wilayah tersebut.
Angin memiliki hubungan yang erat
dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari
akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari
daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin
juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di
sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin buatan dapat dibuat dengan
menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara
sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan,
kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan.
Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik, pengering
tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain sebagainya. Secara alami kita bisa
menggunakan mulut, hidung, lubang dubur, dan sebagainya untuk menciptakan
angin.
Udara
dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat membawa bau atau
aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak sedap di hidung kita.
Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin, bau gas, bau kentut,
bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau yang dapat dibawa
angin.
2.6 Pengaruh Angin Terhadap Tanaman
Secara luas angin akan mempengaruhi
unsur cuaca seperti suhu yang optimum dimana tanaman tumbuh dan
berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara yang berpengaruh terhadap
penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun pergerakan awan,
Membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga
Membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Ditinjau dari segi keuntungannya
angin sangat membantu dalam penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga
penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan
alamiah. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran
serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkaran benih dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
Dari segi kerugiannya, angin yang
kencang dapat menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan, karena angin
bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi. Dan
juga dapat menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur.
Perkembangan panyakit sangat
tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat menguntungkan
bagi perkembangan jamur. Serangan patogen cenderung akan meluas bila kelembaban
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh
angin. Dari hasil penelitian Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium
pada satu musim tanam tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan
angin dan penurunan kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab
peningkatan kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara
akan mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan
konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.
Selain sebagai penyebar patogen,
angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada tanaman inang dan dapat
pula mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit
yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau
tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain
itu karena hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman
atau melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman
terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Banyak jamur parasit yang
penyebarannya terutama dilakukan oleh angin karena jamur membentuk dan
membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai ukuran
yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak
jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam lapisan udara di
dekat tanah, di lapisan udara yang paling tingginya ribuan meter pun masih
terdapat spora. Pada kenyataannya penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh
angin pada jarak pendek, bahkan sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan
mati karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu,
sedangkan pada waktu mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang
rentan. Semakin cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin
jauh keberadaannya.
Angin hampir tidak bisa
dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan karena adanya pengaruh
angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman tanaman
sejenis agar tidak terjadi penyerbukan silang. Namun jika permasalahan
penyebaran patogen maka usaha yang dapat dilakukan yaitu pengendalian sedini
mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat disebarkan oleh angin. Selain
itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah angin dapat
sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin
perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon
10 meter, tanaman sejauh 150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat
kecepatan angin. Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju
pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 9 November 2017 – 4 Desember 2017 bertempat di Sangkar Cuaca Lahan
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu Anemometer yang terdiri dari tiga atau empat cawan yang dibuat
berbentuk kerucut dihubungkan oleh lengan yang ditempelkan pada as. Anemometer
dipasang pada tiang penyangga terbuat dari besi yang terpasang kokoh dan tegak
lurus. Alat ini dilengkapi dengan alat penghitung jumlah putaran (counter) yang
telah dikalibrasi dalam satuan km atau mil per jam (1 mil = 1,85 km/jam).
Gambar
3.1. Anemometer
3.3
Cara
Kerja
Pengamatan dilakukan pada setiap
siang hari. Hasil pembacaan periode kedua dikurangi dengan pembacaan pengamatan
awal. Selisih dari hasil pengurangan adalah ukuran jarak tempuh angin total
selama periode pengamatan. Pengamatan dilakukan pada jam 14.00 WIB. Angka
pengamatan jam 14.00 WIB periode kedua dikurangi angka pengamatan jam 14.00 WIB
hari kemarin.
|
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Kecepatan Angin
Tanggal
|
Waktu
|
Putaran
|
Kecepatan
(m/s)
|
Periode
(jam)
|
09/11/2017
|
14.00 WIB
|
5627,76
|
-
|
24
|
10/11/2017
|
14.00 WIB
|
5627,85
|
0,09
|
24
|
11/11/2017
|
14.00 WIB
|
5628,01
|
0,16
|
24
|
12/11/2017
|
14.00 WIB
|
5629,11
|
1,10
|
24
|
13/11/2017
|
14.00 WIB
|
5629,19
|
0,08
|
24
|
14/11/2017
|
14.00 WIB
|
5629,37
|
0,18
|
24
|
15/11/2017
|
14.00 WIB
|
5629,46
|
0,09
|
24
|
16/11/2017
|
14.00 WIB
|
5629,48
|
0,02
|
24
|
17/11/2017
|
14.00 WIB
|
5635,65
|
6,17
|
24
|
18/11/2017
|
14.00 WIB
|
5635,80
|
0,15
|
24
|
19/11/2017
|
14.00 WIB
|
5636,02
|
0,22
|
24
|
20/11/2017
|
14.00 WIB
|
5636,10
|
0,08
|
24
|
21/11/2017
|
14.00 WIB
|
5636,12
|
0,02
|
24
|
22/11/2017
|
14.00 WIB
|
5636,33
|
0,21
|
24
|
23/11/2017
|
14.00 WIB
|
5639,12
|
2,79
|
24
|
24/11/2017
|
14.00 WIB
|
5639,34
|
0,22
|
24
|
25/11/2017
|
14.00 WIB
|
5639,40
|
0,06
|
24
|
26/11/2017
|
14.00 WIB
|
5640,20
|
0,80
|
24
|
27/11/2017
|
14.00 WIB
|
5640,75
|
0,55
|
24
|
28/11/2017
|
14.00 WIB
|
5640,78
|
0,03
|
24
|
29/11/2017
|
14.00 WIB
|
5642,01
|
1,23
|
24
|
30/11/2017
|
14.00 WIB
|
5642,15
|
0,14
|
24
|
01/12/2017
|
14.00 WIB
|
5642,16
|
0,01
|
24
|
02/12/2017
|
14.00 WIB
|
5642,24
|
0,08
|
24
|
03/12/2017
|
14.00 WIB
|
5642,26
|
0,02
|
24
|
04/12/2017
|
14.00 WIB
|
5642,28
|
0,02
|
24
|
4.2
Pembahasan
Dari data diatas pengukuran
kecepatan angin yang dilakukan dari tanggal 9 November - 4 Desember 2017 pada
setiap jam 14.00 WIB terdapat data kecepatan angin yang paling besar yaitu pada
tanggal 17 November 2017 dengan kecepatan 6,17 m/s dengan rata-rata yang dapat
di jelaskan bahwa setiap waktu kecepatan angin itu berubah, karena Angin
merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena
adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di
sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
Faktor pendorong utama angin
adalah gaya gradient tekanan. Gradien tekanan adalah perbedaan
tekanan per satuan jarak dengan arah horizontal dan tegak lurus isobar. Makin
besar gradient tekanan maka kecepatan angin makin besar. Makin besar gradient
tekanan maka kecepatan angin makin besar.
Untuk gradient yang sama, kecepatan
angin ditentukan juga oleh letak geografis, ketinggiaan tempat dan waktu. Angin
selalu bergerak karena perbedaan tekanan udara dan selalu dari tekanan udara
tinggi ke tekanan udara rendah. Perbedaan tekanan ini disebabkan karena
perbedaan suhu, perbedaan suhu ini antara lain adalah disebabkan karena
perbedaan penerimaan radiasi. Disamping itu ada gaya sekunder yang mempengaruhi
angin yaitu : Gaya Cariolis, gaya sentrifugal dan gaya gesekan (Bayong, 2005).
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari
kegiatan pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Pada perhitungan kecepatan angin
yang dilakukan pada pada jam 14.00 WIB di jelaskan bahwa setiap waktu kecepatan
angin itu berubah, karena Angin merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan
oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi
ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara
yang tinggi.
2. Semakin tinggi
tekanan udara disuatu tempat maka semakin kencang kecepatan anginnya, karena
tekanan udara disetiap tempat berbeda-beda yang hingga di pengaruhi oleh
penyinaran matahari maka menyebabkan pula suhu berubah.
3. Angin adalah udara yang bergerak
yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan
udara di sekitarnya.
4. Angin terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau
wilayah.
5. Alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin disebut anemometer.
6. Semakin tinggi tempat, semakin
kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan
yang menghambat laju udara.
5.2
Saran
Diperlukan pengetahuan dan pemahaman
yang matang mengenai cara pengoperasian serta pencatatan data yang ditampilkan
oleh alat anemometer. Manajemen waktu dalam pengamatan juga diperlukan untuk
lebih meningkatkan keakuratan data yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010. Agroklimatologi laporan Acara 1 Revisi.http://www.scribd.com
Handoko,
Ir. 1999. Klimatologi Dasar. FMIPA. IPB, Bogor.
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar
Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar
KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.
Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono.
1990. Pengantar Ilmu Iklim Untuk Pertanian, Pustaka Jaya,
Bogor.
Setiawan, E. 2009. Kajian Hubungan
Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl.)
di Kabupaten Sumenep. Agrovigor Vol: 2. No (1). Fakultas Pertanian. Universitas
Trunojoyo. Madura.
Soemeinaboedhy, Nyoman I, 2006.
Agroklimatologi. UPT Universitas Mataram: Mataram.
Tjasyono, Bayong. 2005. Klimatologi. ITB: Bandung.
Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan,
Jakarta.
Post a Comment for "Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kecepatan Angin"