Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kelembaban Udara


PENGAMATAN KELEMBABAN UDARA DI STASIUN CUACA LAHAN PERTANIAN KAMPUS MENDALO


LAPORAN PRAKTIKUM

Sebagai Salah Satu Syarat Lulus dalam Mata Kuliah Agroklimatologi





JEKSON BANJARNAHOR
D1B016002

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Aryunis, M.P.
Ir. Hanibal, M.P.


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2017

KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tentang Pengamatan Kelembaban Udara di Daerah Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
            Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik.
            Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
            Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.

                                                                              Jambi, 10 Desember 2017
                                                                              Penyusun,


                                                                              Jekson Banjarnahor

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................  i
KATA PENGANTAR .............................................................................  ii
DAFTAR ISI ............................................................................................  iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................  v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................  vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................  1
1.1 Latar Belakang ............................................................................  1
1.2 Tujuan .........................................................................................  3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................  4
2.1 Udara ...........................................................................................  4
2.2 Kelembaban Udara ......................................................................  4
2.3 Jenis Kelembaban Udara .............................................................  7
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban udara .........................  8
2.5 Hubungan Kelembaban Udara dan Tanaman .............................  9
BAB III METODOLOGI .......................................................................  10
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................  10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................  10
3.3 Cara Kerja ...................................................................................  12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................  14
4.1 Hasil ............................................................................................  14
4.2 Pembahasan .................................................................................  15
BAB V PENUTUP ...................................................................................  18
5.1 Kesimpulan .................................................................................  18
5.2 Saran ...........................................................................................  19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................  20





















DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kelembaban relatif (%) dari suhu termometer bola basah dan termometer bola kering   12
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Kelembaban Udara ..................................  14



















DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Termometer bola basah dan bola kering ..............................  10
Gambar 3.2. Pengukuran suhu bola basah dan bola kering ......................  11
Gambar 3.3. Termometer bola basah dengan kain kasa basah .................  11



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam prose genesis dan diferensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi atau cuaca.  Cuacalah yang  bertanggung  jawab  dalam  mengubah  energi  matahari  menjadi  energi mekanik  atau  panas,  yang  memicu  proses  penguapan  air  melalui  mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non-tanaman (evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling berperan adalah curah hujan dan temperatur (Hanafiah, 2005).
            Sistem  produksi  pertanian  sangat  dipengaruhi  oleh  iklim.  Faktor  iklim  yang  paling  terasa  perubahannya  akibat  anomali  iklim  adalah  curah  hujan.  Di Indonesia  kejadian  anomali  iklim  mempengaruhi  produksi  pertanian  dan ketahanan pangan. Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya gangguan secara langsung terhadap sistem pertanian (Hanum, 2013).
            Faktor cuaca yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman adalah kelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara udara dapat menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Kelembaban udara disamping berpengaruh langsung juga berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung oleh curah hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina, 2003).
            Hal ini menjadi salah satu dasar dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola kegiatan on farm. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukanlah praktikum pengamatan curah hujan sebagai pengetahuan mengenai cara dan teknis pengamatan.
            Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung  pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Soekirno, 2010).
            Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara.  Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, spesifik dan relatif. Alat ukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier) (Anonim, 2010).
            Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kandungan uap air di udara  dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Jason, 2010). Udara dengan mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993).


1.2    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
           1.       Mempelajari alat pengukur curah hujan manual dan otomatis.
           2.       Mengetahui cara membuat alat ukur curah hujan sederhana.
           3.       Mengoperasikan alat ukur curah hujan sederhana dan cara pencatatannya.
           4.       Memperoleh data curah hujan daerah sekitar percobaan.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Udara
            Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz dalam Marbun, 2010).

2.2  Kelembaban Udara
            Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air  yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
            Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko, 1994).
            Ada tempat-tempat yang memiliki udara yang mengandung banyak uap air, dan ada pula tempat-tempat yang kadar air dalam udaranya sangat rendah.  Air menguap dan bercampur dengan udara yang ada di sekitarnya.  Sebagian uap air akan naik ke atas dan membentuk awan yang nantinya bisa menjadi hujan yang turun ke permukaan bumi (Anonim, 1970).
            Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi (Karim, 1985).
            Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum maka mulailah terjadi pengembunan. Temperatur dimana terjadi pengembunan disebut titik embun. Kelembaban mutlak adalah massa uap air dalam udara per satuan volume. Sedangkan kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap air per satuan volume dalam udara dengan massa uap air per satuan volume itu kalau tekananya sama dengan tekanan maksimum uap air pada temperatur udara, atau ditulis sebagai Kelembaban relatif = Untuk menentukan tekanan uap air dalam udara, digunakan perumusan (Humpreys, 1940).
            Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
            Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
            Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2) berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).

2.3  Jenis Kelembaban Udara
            Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air (Handoko, 1994).
  1.  Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volume. Kelembaban mutlak artinya massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram/m3.  
  2.  Kelembaban nisbi (relatif) membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Kelembaban spesifik yaitu perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg
  3.  Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih, 2001).
            Kelembaban adalah banyaknya  uap air yang ada diudara  meskipun uap airnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari atmosfer , rata-rata kurang lebih dari 2 % masa keseluruhan. Total masa uap air per satuan volume udara disebut kelembapan absolut (absolute humidity) umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m3 (Hanum, 2009).

2.4  Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Udara
            Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu :
         1.    Suhu
       Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara. Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam udara menurun (Lakitan, 2002).
         2.         Tekanan udara
         3.         Pergerakan angin
         4.         Kuantitas dan kualitas penyinaran
         5.         Vegetasi
       Semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka kelembapan makin tinggi, namun suhu akan menjadi sangat rendah.
         6.         Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan) (Umar, 2010)
       Semakin banyak jumlah uap air baik diudara maupun didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi (Lakitan, 2002).

2.5  Hubungan Kelembaban Udara dan Tanaman
            Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi dan jumlah air. Kelembapan saling terkait dengan berhubungan dengan unsur iklim lainnya seperti suhu, curah hujan, dan angin. Pengaruh kelembaban terhadap tanaman yaitu pada perubahan stomata menjadi terbuka atau tertutup. Perubahan stomata ini mempengaruhi pemasukan CO2 yang menjadi bahan pokok pada proses fotosintesis.
            Kelembaban udara menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air sehingga laju kehilangan air dari tanaman (transpirasi) sangat bergantung olehnya, selanjutnya dapat mempengaruhi potensial air daun
            Jika kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat.


BAB III
METODOLOGI

1.1    Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2017 – 4 Desember 2017 bertempat di Sangkar Cuaca Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.

1.2    Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah psikrometer standar yaitu alat pengukur kelembaban udara yang terdiri dari dua buah termometer air raksa yang dipasang berdampingan. Salah satu bola termometernya terbuka disebut termometer bola kering dan yang lainnya bola termometer dibungkus dengan kain kasa. Ujung dari kain kasa ini dimasukkan ke dalam bejana yang diisi dengan air suling. Jarak antara bola termometer dengan bejana yang berisi air sulingkurang lebih 3 cm, sehingga bola dari termometer ini disebut termometer bola basah.

Gambar 3.1. Termometer bola basah dan termometer bola kering

Gambar 3.2. Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering

Gambar 3.3. Termometer bola basah dengan kain kasa basah
1.3    Cara Kerja
            Pembacaan pada psikrometer standar yaitu dengan membaca nilai suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola kering dan bola basah, kemudian hitung selisih suhu antara bola kering dan bola basah. Nilai selisih menghasilkan persentase kelembaban udara dengan bantuan tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kelembaban Relatif (%) dari Suhu Bola Kering dan Bola Basah
Suhu bola kering (oC)
Selisih suhu bola kering dan bola basah (oC)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
40
100
94
88
82
76
71
66
61
56
52
47
43
39
39
100
94
88
81
76
71
65
60
55
51
46
42
38
38
100
94
88
81
76
70
65
60
54
50
45
40
37
37
100
94
88
81
75
70
64
59
54
49
44
39
36
36
100
93
87
80
75
69
64
59
53
48
43
38
35
35
100
93
87
80
74
69
63
58
52
47
42
37
33
34
100
93
87
80
74
68
62
57
51
46
41
36
32
33
100
93
86
80
73
67
62
56
50
45
40
35
31
32
100
93
86
79
73
67
61
55
50
44
39
34
30
31
100
93
86
79
73
66
60
54
49
43
38
33
29
30
100
92
85
79
72
65
59
53
48
42
37
32
27
29
100
92
85
78
71
65
59
52
47
41
36
31
25
28
100
92
85
78
71
644
58
51
45
40
34
29
23
27
100
92
84
77
70
63
57
50
44
38
32
27
22
26
100
92
84
77
70
63
56
49
43
37
31
26
20
25
100
92
84
76
69
62
55
48
42
36
30
24
18
24
100
91
83
76
68
61
54
47
40
34
28
22
16
23
100
90
83
75
67
60
53
45
38
32
26
20
14
22
100
90
82
74
67
59
52
44
37
31
24
18
12
21
100
90
82
73
66
58
50
43
36
29
22
16
9
20
100
90
82
73
65
57
49
41
34
27
20
13
6
19
100
90
81
72
64
55
47
39
32
24
17
10

18
100
90
81
71
63
54
45
37
30
21
14
7

17
100
90
80
71
62
53
33
36
28
19
12


16
100
89
80
70
60
51
42
34
25
17
9


15
100
89
80
70
59
49
40
31
23
14
6




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Kelembaban Udara
Tanggal
Waktu
Bola Basah
Bola Kering
RH (%)
Keterangan
09/11/2017
14.00 WIB
31°C
33,1°C
86
Cerah
10/11/2017
14.00 WIB
29,2°C
30,4°C
92
Cerah berawan
11/11/2017
14.00 WIB
32,7°C
34°C
93
Cerah
12/11/2017
14.00 WIB
29,8°C
31°C
    86
Mendung
13/11/2017
14.00 WIB
32,2°C
32,7°C
93
Mendung
14/11/2017
14.00 WIB
27,6°C
28,8°C
92
Cerah berawan
15/11/2017
14.00 WIB
29°C
29,9°C
92
Cerah berawan
16/11/2017
14.00 WIB
36°C
36,6°C
94
Cerah
17/11/2017
14.00 WIB
27,4°C
28,2°C
92
Cerah berawan
18/11/2017
14.00 WIB
28°C
28,4°C
100
Cerah berawan
19/11/2017
14.00 WIB
28,4°C
28,8°C
100
Cerah berawan
20/11/2017
14.00 WIB
29,2°C
29,4°C
100
Cerah berawan
21/11/2017
14.00 WIB
31,2°C
31,4°C
100
Cerah
22/11/2017
14.00 WIB
32°C
32,8°C
93
Cerah
23/11/2017
14.00 WIB
29,9°C
31°C
100
Cerah
24/11/2017
14.00 WIB
30,6°C
32,2°C
86
Cerah berawan
25/11/2017
14.00 WIB
30,6°C
30,8°C
100
Cerah berawan
26/11/2017
14.00 WIB
29,2°C
29,6°C
100
Cerah berawan
27/11/2017
14.00 WIB
27,6°C
28°C
100
Berawan
28/11/2017
14.00 WIB
32,8°C
32,9°C
100
Cerah
29/11/2017
14.00 WIB
31,6°C
32°C
100
Cerah
30/11/2017
14.00 WIB
32,4°C
32,6°C
100
Berawan
01/11/2017
14.00 WIB
36,4°C
36,6°C
100
Mendung
02/11/2017
14.00 WIB
31,8°C
32,5°C
93
Berawan
03/11/2017
14.00 WIB
30,4°C
30,8°C
100
Mendung
04/11/2017
14.00 WIB
31,4°C
31,6°C
100
Berawan

4.2    Pembahasan
            Berdasarkan data yang diperoleh selama masa pengamatan terlihat bahwa kelembaban tertinggi berada pada nilai 100%. Secara keseluruhan terlihat bahwa persentase kelembaban relatif yang terukur selama periode tersebut selalu tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pengamatan dilakukan di bulan November yang memang adalah musim penghujan.
            Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Ketika intensitas radiasi matahari tinggi dengan kondisi cerah maka kelembaban udara berada pada nilai yang rendah. Nilai atau persentase kelembaban udara diperoleh dari selisih suhu termometer bola kering dan termometer bola basah.
            Praktikum kelembaban udara dilakukan di stasiun cuaca lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Pengukuran kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh penyinaran matahari beserta ketinggian tempat dilakukannya pengukurannya kelembatan. Datangnya sinar matahari berbeda beda disuatu tempat, mengakibatkan pada tempat yang berbeda menyebabkan perbedaan kelembaban udara.
            Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu nsure penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.
            Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air.
            Kelembaban udara diakibatkan oleh menguapnya air akibat dari suhu udara. Kelembaban merupakan rasio kandungan air yang dapat ditampung oleh udara. Pada tempat yang berbeda terdapat pula  perbedaan kelembaban relatif  udaranya dimana tempat yang kualitas penyinarannya rendah akan tinggi kelembabannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kelembaban relative udara pada lokasi berbeda ialah kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu, dan ketersediaan air.






















BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
1.    Kelembaban udara nisbi (RH) suatu tempat dapat diketahui dengan menggunakan alat sling psikometer, dengan bantuan tabel suhu bola basah dan selisih antara suhu bola kering dan suhu bola basah.
2.    Suhu pada bola basah lebih rendah dari pada suhu pada bola kering karena pada suhu bola basah selalu ditetesi air dan diberi kapas yang menghalangi sinar matahari langsung ke alat sedangkan pada bola kering tidak.
3.     Untuk mengetahui cara penghitungan kelembaban udara secara teoritis yaitu dengan mengukur kelembapan udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering.
4.   Ukuran suhu termometer bola kering dikurang dengan suhu hasil pengukuran termometer bola basah, kemudian hasilnya dilihat ditabel berapa persenkah kelembaban udaranya.
5.   Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, ketinggian tempat akan mempengaruhi penyinaran dan suhu matahari sehingga secara tidak langsung ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan kelembaban udara.
6.    Semakin tinggi suhu maka kelembaban rendah, demikian sebaliknya.
7.    Penyerapan suhu lebih tinggi pada siang hari dibandingkan pada malam hari.
8.    Suhu dan kelembaban di setiap daerah itu bergantung pada vegetasi dan faktor udara yang ada di setiap daerah itu.

5.2    Saran
            Diharapkan para praktikan dapat melihat garis ukuran suhu yang ditampilkan termometer dengan tepat sehingga diperoleh data pengukuran yang tepat. Pengetahuan mengenai pengoperasian alat dan pencatatan hasil dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan  pengamatan. Manajemen waktu yang baik juga diperlukan dalam pengamatan ini.















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari, Suhu Udara dan  Suhu Tanahhttp://www.TPUNRAM.blogspot.com    
Anonim, 1970. Kandungan Komposisi Udara Yang Dihirup Manusia Saat Bernafas. http://www.organisasi.org/1970/01/komposisi-kandungan-udara-yang-dihirup-manusia-saat-bernapas.html 9 Desember 2017.
Gunarsih. 2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hanum, C. 2013. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan
Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Hardjodinomo, S.1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta. Bandung.
Herlina.2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. UniversitasBrawijaya.  Malang.
Humpreys,W.J. 1940. Physics of the air. The Maple Press Company. York.P.A, hal 15.
Jason.  2010. Yang Dimaksud Kelembaban Udara. www. Answers.yahoo.com. Diakses Hari Minggu pukul 16.30
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Kartasapoetra, G.A. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman, Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Linsley, K.R. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.
Marbun, 2010. Udara dan Kelembaban udara.  repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter %20I.pdf 28 Oktober 2014.
Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bina Cipta.  Bandung
Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.

Post a Comment for "Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kelembaban Udara"