Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kelembaban Udara
PENGAMATAN
KELEMBABAN UDARA DI STASIUN CUACA LAHAN PERTANIAN KAMPUS MENDALO
LAPORAN
PRAKTIKUM
Sebagai
Salah Satu Syarat Lulus dalam Mata Kuliah Agroklimatologi
JEKSON
BANJARNAHOR
D1B016002
Dosen
Pengampu:
Dr.
Ir. Aryunis, M.P.
Ir.
Hanibal, M.P.
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
JAMBI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya yang
telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang Pengamatan Kelembaban Udara di Daerah Lahan
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
Saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terimakasih pula saya sampaikan kepada teman-teman mahasiswa sebagai praktikan
maupun kepada dosen pembimbing mata kuliah agroklimatologi yang telah
meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga setiap praktikum dapat
terlaksana dengan baik.
Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari bahwa laporan
ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima segala saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk
percobaan selanjutnya.
Jambi,
10 Desember 2017
Penyusun,
Jekson
Banjarnahor
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2
Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................ 4
2.1
Udara ........................................................................................... 4
2.2
Kelembaban Udara ...................................................................... 4
2.3
Jenis Kelembaban Udara ............................................................. 7
2.4
Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban udara ......................... 8
2.5
Hubungan Kelembaban Udara dan Tanaman ............................. 9
BAB III METODOLOGI
....................................................................... 10
3.1
Waktu dan Tempat ...................................................................... 10
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................ 10
3.3
Cara Kerja ................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN ................................................ 14
4.1
Hasil ............................................................................................ 14
4.2
Pembahasan ................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ................................................................................... 18
5.1
Kesimpulan ................................................................................. 18
5.2
Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 20
DAFTAR
TABEL
Tabel
3.1 Kelembaban relatif (%) dari suhu termometer bola basah dan termometer bola
kering 12
Tabel
4.1. Data Hasil Pengamatan Kelembaban Udara .................................. 14
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
3.1. Termometer bola basah dan bola kering .............................. 10
Gambar
3.2. Pengukuran suhu bola basah dan bola kering ...................... 11
Gambar
3.3. Termometer bola basah dengan kain kasa basah ................. 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Semua energi di alam raya termasuk
yang digunakan dalam prose genesis dan diferensiasi tanah bersumber dari energi
panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada
kondisi bumi atau cuaca. Cuacalah
yang bertanggung jawab dalam mengubah
energi matahari menjadi
energi mekanik atau panas,
yang memicu proses
penguapan air melalui
mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non-tanaman
(evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling berperan adalah curah
hujan dan temperatur (Hanafiah, 2005).
Sistem produksi
pertanian sangat dipengaruhi
oleh iklim. Faktor
iklim yang paling
terasa perubahannya akibat
anomali iklim adalah
curah hujan. Di Indonesia
kejadian anomali iklim
mempengaruhi produksi pertanian
dan ketahanan pangan. Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya
gangguan secara langsung terhadap sistem pertanian (Hanum, 2013).
Faktor cuaca
yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman
adalah kelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara udara dapat
menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Kelembaban udara disamping
berpengaruh langsung juga berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas
melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung
oleh curah hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang
mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina, 2003).
Hal ini menjadi salah satu dasar
dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan
pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengelola kegiatan on farm.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukanlah praktikum pengamatan curah
hujan sebagai pengetahuan mengenai cara dan teknis pengamatan.
Kelembaban
udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah
satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa
tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air
yang dapat dikandung oleh hawa (Soekirno, 2010).
Kelembaban
adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, spesifik dan relatif. Alat ukur
kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur
tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier)
(Anonim, 2010).
Kelembaban
udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kandungan uap air di
udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi
(relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara
tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya pada kapasitas udara untuk
menampung uap air (Jason, 2010). Udara dengan mudah menyerap kelengasan
dalam bentuk uap air. Banyaknya bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin
tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Mempelajari alat pengukur curah hujan
manual dan otomatis.
2.
Mengetahui cara membuat alat ukur curah
hujan sederhana.
3.
Mengoperasikan alat ukur curah hujan
sederhana dan cara pencatatannya.
4.
Memperoleh data curah hujan daerah sekitar
percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udara
Udara
adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang
telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang
sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan
komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun
makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita
bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk
beberapa menit saja (Fardiaz dalam Marbun, 2010).
2.2 Kelembaban Udara
Kelembaban
udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran
dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat kebasahan
udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air
adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian
dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang
melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau
awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa
tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang
dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Kelembaban
udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap
air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara
kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas
udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut
(pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap
air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko, 1994).
Ada
tempat-tempat yang memiliki udara yang mengandung banyak uap air, dan ada pula
tempat-tempat yang kadar air dalam udaranya sangat rendah. Air menguap
dan bercampur dengan udara yang ada di sekitarnya. Sebagian uap air akan
naik ke atas dan membentuk awan yang nantinya bisa menjadi hujan yang turun ke
permukaan bumi (Anonim, 1970).
Semua uap
air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan
air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau
dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui,
penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi
dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan.
Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi (Karim, 1985).
Kelembaban
udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan uap air dalam
udara mencapai maksimum maka mulailah terjadi pengembunan. Temperatur dimana
terjadi pengembunan disebut titik embun. Kelembaban mutlak adalah massa uap air
dalam udara per satuan volume. Sedangkan kelembaban relatif adalah perbandingan
antara massa uap air per satuan volume dalam udara dengan massa uap air per
satuan volume itu kalau tekananya sama dengan tekanan maksimum uap air pada
temperatur udara, atau ditulis sebagai Kelembaban relatif = Untuk menentukan
tekanan uap air dalam udara, digunakan perumusan (Humpreys, 1940).
Seperti
gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila
temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah
tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara
pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan
udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara
pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur
tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap
maksimum (Zailani, 1986).
Proses
perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi).
Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi
gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan
melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan
permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut
temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan
air (Linsley, 1989).
Beberapa
prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode
pertambahan panjang dan (2) berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3)
metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut
hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer
(Kartasapoetra, 1990).
2.3 Jenis Kelembaban Udara
Kelembaban
udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air
(Handoko, 1994).
1. Kelembaban mutlak adalah kandungan
uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan
volume. Kelembaban mutlak artinya massa uap air yang berada dalam satu
satuan udara yang dinyatakan dalam gram/m3.
2. Kelembaban nisbi (relatif) membandingkan
antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada
kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap
air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Kelembaban
spesifik yaitu perbandingan
jumlah uap air di udara denagn satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram
/kg
3. Defisit tekanan uap air adalah
selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Kelembaban
relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap
air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih,
2001).
Kelembaban
adalah banyaknya uap air yang ada diudara meskipun uap airnya hanya
merupakan sebagian kecil saja dari atmosfer , rata-rata kurang lebih dari 2 %
masa keseluruhan. Total masa uap air per satuan volume udara disebut kelembapan
absolut (absolute humidity) umumnya
dinyatakan dalam satuan kg/m3 (Hanum, 2009).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban
Udara
Tinggi rendahnya kelembaban
udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Suhu
Suhu dan
kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah,
maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban
tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi
bergelombang karena naik turunnya suhu udara. Kelembaban udara berbanding
terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya
semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi
presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air
dalam udara menurun (Lakitan, 2002).
2.
Tekanan udara
3.
Pergerakan angin
4.
Kuantitas dan kualitas penyinaran
5.
Vegetasi
Semakin
rapatnya jarak antara vegetasi maka kelembapan makin tinggi, namun suhu akan
menjadi sangat rendah.
6.
Ketersediaan
air di suatu tempat (air, tanah, perairan) (Umar, 2010)
Semakin
banyak jumlah uap air baik diudara maupun didalam tanah, maka kelembapan akan
semakin tinggi (Lakitan, 2002).
2.5 Hubungan Kelembaban Udara dan Tanaman
Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan
atau transpirasi dan jumlah air. Kelembapan saling terkait dengan berhubungan
dengan unsur iklim lainnya seperti suhu, curah hujan, dan angin. Pengaruh
kelembaban terhadap tanaman yaitu pada perubahan stomata menjadi terbuka atau
tertutup. Perubahan stomata ini mempengaruhi pemasukan CO2 yang
menjadi bahan pokok pada proses fotosintesis.
Kelembaban udara menentukan
kapasitas udara untuk menampung uap air sehingga laju kehilangan air dari
tanaman (transpirasi) sangat bergantung olehnya, selanjutnya dapat mempengaruhi
potensial air daun
Jika kelembaban rendah, laju
transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral juga
meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan
tanaman. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan
zat-zat nutrisi juga rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat.
BAB
III
METODOLOGI
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 9 November 2017 – 4 Desember 2017 bertempat di Sangkar Cuaca Lahan
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
1.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengamatan
ini adalah psikrometer standar yaitu alat pengukur kelembaban udara yang
terdiri dari dua buah termometer air raksa yang dipasang berdampingan. Salah
satu bola termometernya terbuka disebut termometer bola kering dan yang lainnya
bola termometer dibungkus dengan kain kasa. Ujung dari kain kasa ini dimasukkan
ke dalam bejana yang diisi dengan air suling. Jarak antara bola termometer
dengan bejana yang berisi air sulingkurang lebih 3 cm, sehingga bola dari
termometer ini disebut termometer bola basah.
Gambar
3.1. Termometer bola basah dan termometer bola kering
Gambar
3.2. Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering
Gambar
3.3. Termometer bola basah dengan kain kasa basah
1.3
Cara
Kerja
Pembacaan pada psikrometer standar
yaitu dengan membaca nilai suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola kering
dan bola basah, kemudian hitung selisih suhu antara bola kering dan bola basah.
Nilai selisih menghasilkan persentase kelembaban udara dengan bantuan tabel
3.1.
Tabel 3.1.
Kelembaban Relatif (%) dari Suhu Bola Kering dan Bola Basah
Suhu
bola kering (oC)
|
Selisih suhu bola
kering dan bola basah (oC)
|
||||||||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|
40
|
100
|
94
|
88
|
82
|
76
|
71
|
66
|
61
|
56
|
52
|
47
|
43
|
39
|
39
|
100
|
94
|
88
|
81
|
76
|
71
|
65
|
60
|
55
|
51
|
46
|
42
|
38
|
38
|
100
|
94
|
88
|
81
|
76
|
70
|
65
|
60
|
54
|
50
|
45
|
40
|
37
|
37
|
100
|
94
|
88
|
81
|
75
|
70
|
64
|
59
|
54
|
49
|
44
|
39
|
36
|
36
|
100
|
93
|
87
|
80
|
75
|
69
|
64
|
59
|
53
|
48
|
43
|
38
|
35
|
35
|
100
|
93
|
87
|
80
|
74
|
69
|
63
|
58
|
52
|
47
|
42
|
37
|
33
|
34
|
100
|
93
|
87
|
80
|
74
|
68
|
62
|
57
|
51
|
46
|
41
|
36
|
32
|
33
|
100
|
93
|
86
|
80
|
73
|
67
|
62
|
56
|
50
|
45
|
40
|
35
|
31
|
32
|
100
|
93
|
86
|
79
|
73
|
67
|
61
|
55
|
50
|
44
|
39
|
34
|
30
|
31
|
100
|
93
|
86
|
79
|
73
|
66
|
60
|
54
|
49
|
43
|
38
|
33
|
29
|
30
|
100
|
92
|
85
|
79
|
72
|
65
|
59
|
53
|
48
|
42
|
37
|
32
|
27
|
29
|
100
|
92
|
85
|
78
|
71
|
65
|
59
|
52
|
47
|
41
|
36
|
31
|
25
|
28
|
100
|
92
|
85
|
78
|
71
|
644
|
58
|
51
|
45
|
40
|
34
|
29
|
23
|
27
|
100
|
92
|
84
|
77
|
70
|
63
|
57
|
50
|
44
|
38
|
32
|
27
|
22
|
26
|
100
|
92
|
84
|
77
|
70
|
63
|
56
|
49
|
43
|
37
|
31
|
26
|
20
|
25
|
100
|
92
|
84
|
76
|
69
|
62
|
55
|
48
|
42
|
36
|
30
|
24
|
18
|
24
|
100
|
91
|
83
|
76
|
68
|
61
|
54
|
47
|
40
|
34
|
28
|
22
|
16
|
23
|
100
|
90
|
83
|
75
|
67
|
60
|
53
|
45
|
38
|
32
|
26
|
20
|
14
|
22
|
100
|
90
|
82
|
74
|
67
|
59
|
52
|
44
|
37
|
31
|
24
|
18
|
12
|
21
|
100
|
90
|
82
|
73
|
66
|
58
|
50
|
43
|
36
|
29
|
22
|
16
|
9
|
20
|
100
|
90
|
82
|
73
|
65
|
57
|
49
|
41
|
34
|
27
|
20
|
13
|
6
|
19
|
100
|
90
|
81
|
72
|
64
|
55
|
47
|
39
|
32
|
24
|
17
|
10
|
|
18
|
100
|
90
|
81
|
71
|
63
|
54
|
45
|
37
|
30
|
21
|
14
|
7
|
|
17
|
100
|
90
|
80
|
71
|
62
|
53
|
33
|
36
|
28
|
19
|
12
|
||
16
|
100
|
89
|
80
|
70
|
60
|
51
|
42
|
34
|
25
|
17
|
9
|
||
15
|
100
|
89
|
80
|
70
|
59
|
49
|
40
|
31
|
23
|
14
|
6
|
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Kelembaban Udara
Tanggal
|
Waktu
|
Bola
Basah
|
Bola
Kering
|
RH
(%)
|
Keterangan
|
09/11/2017
|
14.00 WIB
|
31°C
|
33,1°C
|
86
|
Cerah
|
10/11/2017
|
14.00 WIB
|
29,2°C
|
30,4°C
|
92
|
Cerah berawan
|
11/11/2017
|
14.00 WIB
|
32,7°C
|
34°C
|
93
|
Cerah
|
12/11/2017
|
14.00 WIB
|
29,8°C
|
31°C
|
86
|
Mendung
|
13/11/2017
|
14.00 WIB
|
32,2°C
|
32,7°C
|
93
|
Mendung
|
14/11/2017
|
14.00 WIB
|
27,6°C
|
28,8°C
|
92
|
Cerah berawan
|
15/11/2017
|
14.00 WIB
|
29°C
|
29,9°C
|
92
|
Cerah berawan
|
16/11/2017
|
14.00 WIB
|
36°C
|
36,6°C
|
94
|
Cerah
|
17/11/2017
|
14.00 WIB
|
27,4°C
|
28,2°C
|
92
|
Cerah berawan
|
18/11/2017
|
14.00 WIB
|
28°C
|
28,4°C
|
100
|
Cerah berawan
|
19/11/2017
|
14.00 WIB
|
28,4°C
|
28,8°C
|
100
|
Cerah berawan
|
20/11/2017
|
14.00 WIB
|
29,2°C
|
29,4°C
|
100
|
Cerah berawan
|
21/11/2017
|
14.00 WIB
|
31,2°C
|
31,4°C
|
100
|
Cerah
|
22/11/2017
|
14.00 WIB
|
32°C
|
32,8°C
|
93
|
Cerah
|
23/11/2017
|
14.00 WIB
|
29,9°C
|
31°C
|
100
|
Cerah
|
24/11/2017
|
14.00 WIB
|
30,6°C
|
32,2°C
|
86
|
Cerah berawan
|
25/11/2017
|
14.00 WIB
|
30,6°C
|
30,8°C
|
100
|
Cerah berawan
|
26/11/2017
|
14.00 WIB
|
29,2°C
|
29,6°C
|
100
|
Cerah berawan
|
27/11/2017
|
14.00 WIB
|
27,6°C
|
28°C
|
100
|
Berawan
|
28/11/2017
|
14.00 WIB
|
32,8°C
|
32,9°C
|
100
|
Cerah
|
29/11/2017
|
14.00 WIB
|
31,6°C
|
32°C
|
100
|
Cerah
|
30/11/2017
|
14.00 WIB
|
32,4°C
|
32,6°C
|
100
|
Berawan
|
01/11/2017
|
14.00 WIB
|
36,4°C
|
36,6°C
|
100
|
Mendung
|
02/11/2017
|
14.00 WIB
|
31,8°C
|
32,5°C
|
93
|
Berawan
|
03/11/2017
|
14.00 WIB
|
30,4°C
|
30,8°C
|
100
|
Mendung
|
04/11/2017
|
14.00 WIB
|
31,4°C
|
31,6°C
|
100
|
Berawan
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh
selama masa pengamatan terlihat bahwa kelembaban tertinggi berada pada nilai
100%. Secara keseluruhan terlihat bahwa persentase kelembaban relatif yang
terukur selama periode tersebut selalu tinggi. Hal ini terjadi karena waktu
pengamatan dilakukan di bulan November yang memang adalah musim penghujan.
Berdasarkan data tersebut terlihat
bahwa kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari.
Ketika intensitas radiasi matahari tinggi dengan kondisi cerah maka kelembaban
udara berada pada nilai yang rendah. Nilai atau persentase kelembaban udara
diperoleh dari selisih suhu termometer bola kering dan termometer bola basah.
Praktikum
kelembaban udara dilakukan di stasiun cuaca lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi. Pengukuran kelembaban udara menggunakan termometer bola basah
dan bola kering. Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh penyinaran matahari
beserta ketinggian tempat dilakukannya pengukurannya kelembatan. Datangnya
sinar matahari berbeda beda disuatu tempat, mengakibatkan pada tempat yang
berbeda menyebabkan perbedaan kelembaban udara.
Kelembaban
udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah
campuran dari udara kering dan uap air. Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban
udara merupakan salah satu nsure penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat
beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.
Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung
dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung
uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap
air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air.
Kelembaban
udara diakibatkan oleh menguapnya air akibat dari suhu udara. Kelembaban
merupakan rasio kandungan air yang dapat ditampung oleh udara. Pada tempat yang
berbeda terdapat pula perbedaan kelembaban relatif udaranya dimana
tempat yang kualitas penyinarannya rendah akan tinggi kelembabannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kelembaban relative udara pada lokasi
berbeda ialah kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu,
dan ketersediaan air.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Kelembaban
udara nisbi (RH) suatu tempat dapat diketahui dengan menggunakan alat sling
psikometer, dengan bantuan tabel suhu bola basah dan selisih antara suhu bola
kering dan suhu bola basah.
2.
Suhu pada bola basah
lebih rendah dari pada suhu pada bola kering karena pada suhu bola basah selalu
ditetesi air dan diberi kapas yang menghalangi sinar matahari langsung ke alat
sedangkan pada bola kering tidak.
3. Untuk mengetahui cara penghitungan kelembaban udara secara
teoritis yaitu dengan mengukur kelembapan udara menggunakan termometer bola
basah dan bola kering.
4. Ukuran suhu termometer bola kering
dikurang dengan suhu hasil pengukuran termometer bola basah, kemudian hasilnya
dilihat ditabel berapa persenkah kelembaban udaranya.
5. Kelembaban udara sangat dipengaruhi
oleh ketinggian tempat, ketinggian tempat akan mempengaruhi penyinaran dan suhu
matahari sehingga secara tidak langsung ketinggian tempat akan mempengaruhi
keadaan kelembaban udara.
6.
Semakin tinggi suhu maka kelembaban
rendah, demikian sebaliknya.
7.
Penyerapan suhu lebih tinggi pada siang
hari dibandingkan pada malam hari.
8. Suhu
dan kelembaban di setiap daerah itu bergantung pada vegetasi dan faktor udara
yang ada di setiap daerah itu.
5.2
Saran
Diharapkan para praktikan dapat
melihat garis ukuran suhu yang ditampilkan termometer dengan tepat sehingga
diperoleh data pengukuran yang tepat. Pengetahuan mengenai pengoperasian alat
dan pencatatan hasil dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pengamatan. Manajemen waktu yang baik juga
diperlukan dalam pengamatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari, Suhu Udara dan Suhu Tanah. http://www.TPUNRAM.blogspot.com.
Anonim, 1970. Kandungan
Komposisi Udara Yang Dihirup Manusia Saat Bernafas. http://www.organisasi.org/1970/01/komposisi-kandungan-udara-yang-dihirup-manusia-saat-bernapas.html 9
Desember 2017.
Gunarsih. 2001. Klimatologi
Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta
Hanafiah,
K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hanum, C. 2013. Klimatologi
Pertanian. USU Press. Medan
Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum
Agroklimatologi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Handoko.
1994. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Hardjodinomo, S.1975. Ilmu
Iklim dan Pengairan. Binacipta. Bandung.
Herlina.2003. Jurnal
Ilmu-ilmu Hayati. UniversitasBrawijaya. Malang.
Humpreys,W.J. 1940. Physics
of the air. The Maple Press Company. York.P.A, hal 15.
Jason. 2010. Yang Dimaksud Kelembaban Udara. www.
Answers.yahoo.com.
Diakses Hari Minggu
pukul 16.30
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH,
Banda Aceh.
Kartasapoetra, G.A. 1990. Klimatologi
Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman, Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar
klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Linsley, K.R. 1989. Hidrologi
Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.
Marbun,
2010. Udara dan Kelembaban udara. repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter
%20I.pdf 28 Oktober 2014.
Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bina
Cipta. Bandung
Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.
Post a Comment for "Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengamatan Kelembaban Udara"