Laporan Praktikum Pengamatan Suhu Tanah


PENGAMATAN SUHU TANAH SETENGAH TERTUTUP PEPOHONAN DI DAERAH LAHAN PERTANIAN KAMPUS MENDALO



LAPORAN PRAKTIKUM

Sebagai Salah Satu Syarat Lulus dalam Mata Kuliah Agroklimatologi




JEKSON BANJARNAHOR
D1B016002

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Aryunis, M.P.
Ir. Hanibal, M.P.


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tentang Pengamatan Suhu Tanah di Daerah Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.
            Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik.
            Terlepas dari semuanya itu, saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
            Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.

                                                                              Jambi, 10 Desember 2017
                                                                              Penyusun,


                                                                              Jekson Banjarnahor

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................  i
KATA PENGANTAR .............................................................................  ii
DAFTAR ISI ............................................................................................  iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................  v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................  vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................  1
1.1 Latar Belakang ............................................................................  1
1.2 Tujuan .........................................................................................  3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................  4
2.1 Suhu .............................................................................................  4
2.2 Suhu Tanah ..................................................................................  5
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah ....................................  6
 a. Faktor Eksternal (Lingkungan)  ..............................................  8
 b. Faktor Internal (Tanah) ...........................................................  10
2.6 Hubungan Tanah dengan Suhu ...................................................  11
BAB III METODOLOGI .......................................................................  14
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................  14
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................  14
3.3 Cara Kerja ...................................................................................  15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................  16
4.1 Hasil ............................................................................................  16
4.2 Pembahasan .................................................................................  16
BAB V PENUTUP ...................................................................................  20
5.1 Kesimpulan .................................................................................  20
5.2 Saran ...........................................................................................  21
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................  22




















DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Suhu Tanah .........................................  16





















DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Termometer Tanah .....................................................................  14
Gambar 3.2. Pengukuran Suhu Tanah .............................................................  15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekulmolekul suatu benda. Dengan demikian suhu menggambarkan bagaimana gerakan molekul-molekul benda. Sebagai contoh ketika kita memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, dan beberapa sifat fisik benda tersebut akan berubah. Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sebuah benda. Dari sifat termometrik tersebut, termometer dibuat (Purba, 2010).
            Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam prose genesis dan diferensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi atau cuaca.  Cuacalah yang  bertanggung  jawab  dalam  mengubah  energi  matahari  menjadi  energi mekanik  atau  panas,  yang  memicu  prosse  penguapan  air  melalui  mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non-tanaman (evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling berperan adalah curah hujan dan temperatur (Hanafiah, 2005).
Temperatur (suhu) adalah salah satu sifat tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersidian hara-hara tanaman. Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur tanah  (Hanafiah, Kemas Ali, 2005).
Tentang suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanda, kadar iar tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. Makin tinggi suhu maka semakin cepat pematangan pada tanaman  (Kartasapoetra, 2005).
            Tanah merupakan dasar pertanian yang menjadi kunci utama produksi makanan. Tidak seperti produksi yang dilaksanakan oleh industri kebanyakan dengan komponen tambahan, yang digunakan dari tahun ke tahun hingga dari abad ke abad. Pendalamannya dengan memahami dan menjaganya, petani memiliki semua harapan yang dapat membangun mimpi sebuah industri, perbaikan dasar produksi (Simpson, 1983).
            Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam kegiatan usaha agraris. Produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kwalitas serta berbagai masukan teknologi. Perbedaan kwalitas tanah turut pula mempengaruhi luas pemilikan, jenis tanaman serta kepadatan penduduk (BAPPEDASU, 1983).
            Hal ini menjadi salah satu dasar dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola kegiatan on farm. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukanlah praktikum pengamatan suhu tanah sebagai pengetahuan mengenai cara dan teknis pengamatan.

1.2    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
           1.       Mempelajari alat pengukur suhu tanah.
           2.       Mengoperasikan alat ukur suhu tanah dan cara pencatatannya.
           3.       Memperoleh data suhu tanah daerah sekitar percobaan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Suhu
            Suhu merupakan ukuran relatif dari kondisi termal yang dimilki oleh suatu benda. Jika dua benda yang bersinggunan dan tidak terjadi perpindahan panas antara kedua benda tersebut, maka kedua benda ini disebut berada pada kondisi setara –termal. Postulat ini disebut hukum kesetaraan termal yang merupakan dasar dari konsep fisika tentang suhu. Suhu atau sering disebut dengan tenperatur adalah merupakan gambaran umum keadaan energi/panas suatu benda yang mencerminkan energi rata-rata dari pergerakan molekul suatu benda. Suhu sering juga disebut sebagai ukuran intensitas/derajat panas. Berbeda pengertiannya dengan panas yang merupakan salah satu bentuk energi yang dikandung oleh suatu benda dan diukur dalam satuan joule. Alat untuk mengukur temperatur disebut termometer (Sutiknjo, 2005).
            Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius (oC). Sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (oF)    oC = 5/9 (F-32)  oF = 9/5(0C)+32    (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2004).
            Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekulmolekul suatu benda. Dengan demikian suhu menggambarkan bagaimana gerakan molekulmolekul benda. Sebagai contoh ketika kita memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, dan beberapa sifat fisik benda tersebut akan berubah. Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sebuah benda. Dari sifat termometrik tersebut, termometer dibuat (Purba, 2010).
            Di atmosfer dijumpai bahwa peningkatan panas laten akibat penguapan tidak menyebabkan kenaikan suhu udara, tetapi penguapan justru menurunkan suhu udara karena proporsi panas terasa (yang menyebabkan kenaikan suhu udara) menjadi berkurang (Handoko, 2003).

2.2  Suhu Tanah
            Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan dan menompang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman diluar rumah. Tanah meliputi horison-horison tanah yang terletak di atas bahan batuan dan berbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Definisi lainnya, tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi (Anonim, 2011).
            Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain (Nurtanfita, 2011).
            Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Kelembapan waktu musiman yang jelas terjadi, karena suhu tanah musiman lambat bantuk fluktasi suhu pada peralihan suhu diudara atau dibawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam tanaman mungkin terjadi pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch terdapat variasi harian pada suhu tanah (Sostrodarsono, 2006)
            Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika nomor: SK.32/TL.202/KB/BMG-2006. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah berumput dan gundul yaitu termometer tanah. Satuannya derajat Celcius. Pengukuran suhu tanah umumnya dilakukan pada kedalaman  0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Untuk mungukur suhu tanah pada kedalaman kurang dari 50 cm dipakai termometer tanah yang dibengkokkan dan skalanya menghadap ke atas sehingga mudah dibaca tanpa mengganggu termometernya (Nurtanfita, 2011).
            Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit, derajat Kelvin dan lain-lain (Kemala Sari Lubis, 2007).

2.3  Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah
            Suhu tanah setiap saat dipengaruhi oleh rasio energi yang diserap dan yang dilepaskan. Hubungan perubahan konstan ini digambarkan dalam perhitungan berdasarkan musim, bulanan, dan suhu tanah harian (Brady, 1984).
            Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).
            Suhu tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikrobakteri. Jangkauan suhu yang dicapai ketika nitrat dibentuk secara umum berkisar antara 1o-40 oC (34o-104 oF). suhu tanah yang optimum pada 30 oC (86 oF). walaubagaimanapun juga, nitrat berhubungan dengan faktor optimum, kadar nitrat rendah diperkirakan suhu tanah sekitar 34 oF (Tisdale and Nelson, 1960).
            Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan (Lakitan, 1992).
            Hanafiah K.A (2010) menyebutkan bahwa suhu tanah ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor, dengan dua sumber panas, yaitu radiasi sinar matahari  dan langit (dominan), serta  konduksi dari interior tanah (sangat sedikit). Suhu tanah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

a.    Faktor-faktor eksternal (lingkungan)
            Faktor-faktor eksternal (lingkungan) yang berperan menyebabkan terjadinya perubahan suhu tanah meliputi :

1.    Radiasi sinar matahari.
       Jumlah panas matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 2 cal   g -1 cm-2 menit-1 atau 2 langleys menit-1, namun yang benar-benar diterima oleh permukaan tanah jauh berkurang, tergantung pada (a) sudut-temu antara matahari – muka tanah yang dipengaruhi oleh latitudp, musim , waktu, kecuraman dan arah lereng, serta altitudo lokasinya, dan  (b) insulasi oleh udara, uap iar, awan, debu, kabut, salju, tetanaman dan mulsa.
       Di daerah Temperate, radiasi yang diterima permukaan bumi adalah 100-800 langleys per hari, yang secara rata-rata setara denfgan kebutuhan energi untuk mengvaporasikan lapisan air setebal 1 cm diperlukan 560 langlyes. Namun demikian hanya sebagian total radiasi ini yang tersedia untuk menyuplai energi yang dibutuhkan untuk evaporasi dan transpirasi tersebut. Sisa energi ini jika tidak terpakai untuk menaikkan temperatur tanah dan fotosintesis, direradiasikan kembali  ke langit. Radiasi sinar matahari terjadi sebagai radiasi gelombang pendek dengan panjang gelombang antara 0,3-5,0 µm.
2.    Radiasi dari langit
       Radiasi dari langit berkontribusi besar dalam menyuplai panas pada tanah di areal yang sinar mataharinya dapat menembus atmosfer bumi.
3.    Konduksi panas dari atmosfer
       Oleh karena konduksi panas yang menerobos udara adalah sedikit, maka efeknya terhadap suhu tanah hanya penting apabila terjadi kontak dengan tanah.
4.    Kondensasi
       Kondensasi merupakan proses eksothermik. Apa bila uap air dari atmosfer atau dari kedalaman tanah yang berbeda berkondensasi di dalam tanah maka akan terjadi peningkatan suhu tanah, hingga 5°C atau lebih.
5.    Evaporasi
       Evaporsi merupakan proses endothermik yang berefek kebalikan dari kondensasi.
6.    Curah hujan
       Curah hujan berperan menurunkan temperatur tanah. Dengan demikian semakin tinggi curah hujan akan berdampak pada temperatur tanah yang semkin rendah.
7.    Insulasi
       Insulasi dapat berupa tanaman penutup tanah, mulsa, salju, awan dan asap yang menghalangi sampainya radiasi matahari ke permukaan tanah
8.    Vegetasi
       Melalui pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi radiasi dan energi yang digunakannya untuk fotosintesis akan menurunkan temperatur iklim mikro dan secara tidak langsung juga suhu tanah.

b.   Faktor-faktor internal (tanah)
            Faktor-faktor internal (tanah) yang berperan menyebabkan terjadinya perubahan suhu tanah meliputi :
1.    Kapasitas thermal
       Tanah mineral kering mempunyai panas spesifik hampir 0,2 cal g-1, yang berarti setiap 1 cm3 (biasanya disingkat cc) tanah kering yang tersusun oleh 50% padatan dan 50% ruang pori akan mempunyai panas spesifik sebesar 0,5x2,65x0,2 = 0,265 cal cm-3 (atau rerata 0,25 cal cm-3) oleh karena panas spesifik udara sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
       Tanah yang ruang porinya terisi air akan berpanas-spesifik = 0,265 + (0,5 x 1,0) = 0,765 cal cm-3, yang nilainya akan menurun tergantung proporsi kadar air tanahnya. Panas spesifik es hanya 0,5 cal cm-3. Panas spesifik gambut secara gravimetris (bobot) akan jauh lebih besar ketimbang tanah mineral, tetapi secara volumetris tidak banyak berbeda. Tanah organik biasanya mempunyai banyak ruang pori, sehingga dalam keadaan jenuh akan berpanas-spesifik besar, yaitu : sekitar 0,9 cm-3.
2.    Konduksivitas thermal dan difusivitas thermal
       Konduksivitas bahan-bahan pembentuk tanah dan sebagian besar pertikel-pertikel tanah sekitar 0,005 cal detik-1 cm-1°C-1. Udara berkonduktivitas 100 kali lebih kecil sedangkan air hanya sekitar seperlima ketimbang mineral pembentuk tanah tersebut. Oleh karena itu, tanah-tanah berstruktur lepas lagi kering akan mempunyai konduktivitas thermal yang sangat rendah (0,0003 - 0,0005 cal detik-1 cm-1 °C-1).
3.    Aktivitas biologis
       Menghasilkan panas, sehingga makin besar aktivitas ini akan makin banyak panas yang dibebaskan ke tanah. Tanah yang berkadar BOT, hara dan udara tinggi, serta berkelembapan cukup akan mempunyai suhu yang beberapa derajat lebih tinggi ketimbang tanah yang biologisnya tidak aktif.
4.    Radiasi dari tanah ke atmosfer
       Radiasi dari tanah ke atmosfer yang terjadi secara kontinu, makin tinggi suhu tanah akan makin besar radiasinya.
5.    Struktur, tekstur dan kelembapan tanah
       Tanah padat mempunyai konduktivitas thermal lebih besar ketimbangan tanah gembur, akibat udara yang mengisi tanah ini mempunyai konduktivitas thermal yang jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi ketimbang partikel-pertikel tanah.
6.    Garam-garam terlarut
       Garam-garam terlarut mempengaruhi evaporasi, kesuburan tanah dan aktivitas biologis tanah, sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap suhu tanah. Kadar garam yang tinggi akan menkan aktivitas biologis ini.

2.4  Hubungan Tanah Dengan Suhu
            Jumlah panas yang sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh konduksi bumi atau hasil proses kimia dan biologi yang tak berarti pada suhu tanah. Temperatur tanah utamanya sangat tergantung oleh jumlah radiasi yang diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang didapat dari permukaan bumi oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur kimia dan proses biologi yang kecil memberikan efek temperature (Baver, 1960).
            Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan tanah (Hausenbuiller, 1982).
            Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).
            Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil, 2000).
            Dari data suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu kematangan tanaman tersebut, suhu tanah lebih memberikan jawaban pada perubahan setempat dari pada isolasi, topografi dan sebagainya. Suhu tanah terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya keganasan penyakit tanaman (Guslim, 2007).
            Hebatnya lagi, semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan bubuk putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu tanah  ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild, 1973).










BAB III
METODOLOGI

1.1    Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 November 2017 – 4 Desember 2017 bertempat di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo.

1.2    Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengukuran suhu tanah, yaitu :
  1. Thermometer  Biasa
  2. Mistar
  3. Alat untuk membuat lubang tanah
  4. Alat tulis

Gambar 3.1.  Termometer tanah
1.3    Cara Kerja
            Adapun cara kerja dan prosedur dari pengukuran suhu tanah sebagai berikut :
1.      Siapkan  thermometer  tanah.
2.      Pilih  lokasi tanah yang ingin diukur. Untuk menghindari kemungkinan alat rusak, maka pilih lahan yang bertanah gembur agar mudah menanamkan alat atau gali tanah lebih dulu, masukkan alat, kemudian bagian alat yang terbenam ditimbun.
3.      Ukur suhu tanah tepat dipermukaan tanah yang telah dilubangi.
4.      Catat  perubahan suhu yang terjadi pada setiap pengukuran.
5.      Lakukan pengukuran pada pagi, siang dan sore hari.

Gambar 3.2. Pengukuran suhu tanah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Suhu Tanah



Tanggal

Suhu tanah
Pagi
Siang
Sore
Keadaan
Suhu (°C)
Keadaan
Suhu (°C)
Keadaan
Suhu (°C)
30/11/2017
-
-
Cerah
34
Cerah
33
01/12/2017
Cerah
30
Cerah
34
Cerah
32
02/12/2017
Mendung
30
Cerah
34
Cerah
33
03/12/2017
Mendung
30
Cerah
32
Cerah
31
04/12/2017
Mendung
30
Cerah
32
Cerah 
32


4.2    Pembahasan
            Berdasarkan data yang diperoleh selama proses pengamatan terlihat bahwa ada perbedaan suhu antara pengukuran yang dilakukan pagi, siang dan sore hari. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan waktu pengukuran yang diikuti oleh perbedaan intensitas radiasi matahari. Hal ini juga berkaitan dengan adanya suhu udara.
            Dari data yang diperoleh, suhu tertinggi dicapai pada siang hari yaitu sebesar 34oC. Keadaan suhu ini juga berkaitan dengan keadaan cuaca di atas permukaan tanah. Ketika cuaca tampak cerah, maka didapat suhu udara yang tinggi demikian sebaliknya.
            Sedangkan suhu terendah dicapai pada pagi hari yaitu mencapai 30oC. hal ini dikarenakan pada pagi hari tanah belum terpapar oleh radiasi matahari dan suhu udara pada pagi hari juga rendah.
            Pengukuran suhu tanah berguna untuk kepentingan pertanian. Hal ini  supaya kita tahu bahwa organisme/ mikroorganisme (dalam tanah ) mana yang tahan terhadap suhu tinggi dan mana yang tidak tahan terhadap suhu tinggi dan mikroorganisme mana yang  berguna atau merusak tanaman supaya dapat disesuaikan iklimnya.
            Pengukuran suhu tanah di lakukan pada lokasi serta kedalaman tanah yang sama . Pengukuran suhu tanah menggunakan alat yang dinamakan termometer tanah, dengan cara menusukkan kaki termometer kedalam tanah, sesuai dengan berapa kedalaman yang ingin di ukur. Di amati setiap 10 menit sebanyak 3 kali ulangan.
            Tidak sama seperti pengukuran suhu udara, keadaan suhu tanah pada suatu tempat cenderung lebih konstan. Tanah yang semakin dalam/rendah, fluktuasi suhu-nya semakin rendah pula. Sebab panas yang dijalarkan terus berkurang jika lapisan tanah dalam sampai pada kedalaman tertentu. Namun panas yang dijalarkan dari permukaan bumi tidak berpengaruh lagi terhadap gelombang suhu.
            Suhu tanah pada tiap jam nya juga berubah-ubah, walaupun perbedaan tidak terlalu signifikan karena perbedaan waktu pengamatan hanya sekitar  10 menit  tiap pengamatannya.
            Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Pengaruh suhu terhadap mahkluk-mahkluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya seakan-akan tergantung padanya, terutama dalam kegiatan pertanian. Kita ambil contoh tumbuhan-tumbuhan dimana tanaman layaknya mempunyai keinginan akan suhu tertentu, artinya tanaman itu tidak akan tumbuh dengan baik bila syaratnya tidak terpenuhi, juga berpengaruh pada proses pematangan buah makin tinggi suhu makin cepat proses pematangan buah. Dengan suhu yang tinggi benih–benih akan mengadakan metabolisme lebih cepat, akibatnya apabila benih–benih di biarkan aatau di tanam pada dataran atau tanaman tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi pada tanaman juga ada suhu maksimum atau suhu optimum yag diinginkan.
            Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian terutama proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsure hara sulit diserap tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya kandungan aiar dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsure hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Demikian pula dengan suhu yang terlalu tinggi terjadi aktivitas negatif seperti terjadi pembongkaran/perusakan organ. Suhu maksimal dan minimal berpengaruh terhadap hasil produksi.

BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap suhu tanah maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.    Perbedaan  tempat pengukuran dapat menyebabkan perbedaan suhu.
2.    Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa perubahan suhu terlihat signifikan antara waktu pagi, siang dan sore hari.
3.    Hal-hal yang mempengaruhi suhu adalah : radiasi matahari, ketinggian tempat, jenis penutup tanah, dll.
4.    Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur.
5.    Suhu tanah dapat di ukur dengan menggunakan alat yang dinamakan termometer tanah.
6.    Suhu dan kelembaban tanah di suatu tempat juga dipengaruhi oleh banyaknya radiasi matahari yang diterima dan juga ada tidaknya pepohonan (naungan).
7.    Suhu dipermukaan tanah lebih tinggi dan semakin dalam lapisan tanah suhu tanahnya semakin rendah
8.    Pada lapangan rumput terbuka, suhu menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan di bawah pohon. Hal ini dikarenakan pada lapangan terbuka mendapatkan intensitas cahaya matahari lebih banyak dari pada di bawah pohon yang terhalang oleh tajuk pohon.

5.2    Saran
            Untuk percobaan dan pengamatan selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah termometer yang akan digunakan. Hal ini terkait keakuratan data yang diperoleh. Buru-buru dalam melakukan pengukuran akan melemahkan keakuratan data yang diperoleh. Dianjurkan untuk memanajemen waktu pengamatan dengan baik.


















DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDASU. 1983. Analisa Pola Tata Guna Tanah Berdasarkan Produktivitas Tanah di Sumatera Utara. BAPPEDASU. Medan.
Baver, L.D. 1960. Soil Physics. Modern Asia. Jhon Wiley & Sons,INC., New york.
Brady, N.C. 1984. The Nature and Properties of Soils. Macmillan Publishing Company, New  york
Brady, N.C., and Weil, R.R., 2000. Elements of The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall. New Jersey.
Guslim. 2007. Agrokloimatologi. USU Press. Medan.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Radja Grifindo Persada. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB.
Hausenbuiller, R.L., 1982. Soil Science. Wm. C. Brown Company. Lowa.
Kartasapoetra, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah. Rineka jaya. Jakarta.
Kartasapoetra, G. A. Ir, 2004. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara
Kemala sari lubis. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. USU. Medan
Lakitan, B. 1992. Dasar-dasar Klimatologi. Penebar Swadaya, Jakarta
Nurtafita. S. 2011. Suhu Tanah. Di unduh darihttp://nitanurtafita.blogspot.co.id/2011/10/suhu-tanah.html(diakses pada 9 Desember 2017
Purba, 2010. Suhu dan kalor.  repository.usu.ac.id/bitstream /.../4 /Chapter % 20II.pdfI. 9 Desember 2017 .
Simpsons, K., 1983. Soil. Longman. New York.
Sosrodorsono. 2006. Variasi Tanah. Rineka Jaya. Bogor.
Tisdale, S.L. and W.L. Nelson. 1966. Soil Fertility And Fertilizers Third Edition. Collier Macmillan Publishers, London
Tisdale, S.L. and W.L. Nelson. 1960. Soil Fertility And Fertilizers. The Macmillan Company, New york
Wild, A., 1973. Russel’s Soil Conditions and Plants Growth. Longman. New York.


Post a Comment for "Laporan Praktikum Pengamatan Suhu Tanah"